Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 109 - Melampaui Batas Dalam Berdoa Bagian 1
Senin, 17 Oktober 2022

Berdoa itu ada batasan dan aturannya. Seorang hamba seharusnya memperhatikan batasan-batasan tersebut dan tidak melampauinya. Di dalam al-Qur’an, Allah ta’ala telah mengingatkan,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Artinya: “Berdoalah kepada Rabbmu dengan rendah diri dan suara yang lirih. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. QS. Al-A’raf (7): 55.

Maksud melampaui batas dalam berdoa adalah melanggar aturan berdoa yang telah digariskan Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpesan,

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ “

“Sungguh siapapun di antara kalian yang hidup sesudahku, niscaya akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan tuntunanku dan tuntunan para khulafa’u rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Jauhilah hal-hal baru (dalam agama). Sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat”. HR. Ahmad dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu dan dinilai hasan sahih oleh at-Tirmidzy.

Contoh melampaui batas dalam berdoa amat banyak dan level penyimpangannya bertingkat-tingkat. Ada yang sampai taraf kekufuran dan ada yang di bawah itu.

Penyimpangan terparah dalam berdoa adalah ketika seorang hamba berdoa kepada selain Allah. Meminta keselamatan, rizki, kesembuhan dan lain-lain kepada makhluk. Orang yang melakukan hal itu telah terjerumus ke dalam praktek terburuk melampaui batas dalam berdoa.

Karena itu Allah ta’ala menegaskan,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ

Artinya: “Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa kepada selain Allah, yang tidak dapat mengabulkan permintaannya sampai hari kiamat. Dan mereka tidak memperhatikan doa mereka?”. QS. Al-Ahqaf (46): 5.

Walaupun redaksi ayat di atas berbentuk pertanyaan, namun yang dimaksud adalah penegasan pernyataan. Bahwa orang-orang yang berdoa kepada selain Allah adalah makhluk yang paling sesat. Sebab Allah Dzat Yang Maha Mendengar, Maha Mengabulkan dan Maha Kuasa, mereka tinggalkan. Sedangkan makhluk yang amat lemah dan tidak bisa mengabulkan, malah mereka mintai.

Imam Ahmad bin Abdul Halim al-Harraniy rahimahullah menjelaskan, “Mereka adalah orang-orang yang paling parah dalam melampaui batas. Tindak melampaui batas terbesar adalah syirik. Yakni meletakkan ibadah bukan pada tempatnya. Praktek melampaui batas seperti ini tentu termasuk kategori yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-doa-dan-dzikir-no-109-melampaui-batas-dalam-berdoa-bagian-1/